nuff

Cari laman web

Google

LAMAN UTAMA

Betulkah Kita Takut Kepada Allah Azza wa Jalla?


Takut kepada Allah merupakan *kewajipan.* Siapa saja yang tidak takut kepada Allah di dunia, kelak dia akan merasa ketakutan pada hari kiamat, sebagaimana hadis qudsi riwayat Ibnu Hibban dalam sahihnya :

وَعِزَّتِي لاَ أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ، إِذَا خَافَنِي فِي الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمِنَنِي فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

_“Demi keagungan-Ku, tidak akan Aku kumpulkan dalam diri hamba-Ku dua ketakutan dan dua keamanan. Jika dia takut kepada-Ku di dunia maka akan Kuberi keamanan di akhirat, dan jika dia merasa aman dari-Ku di dunia, akan Aku buat dia ketakutan di hari kiamat”._

Takut kepada Allah yang hakiki bukan hanya sekadar di bibir saja, tetapi tercermin dalam hati, sikap, perbuatan dan ucapan.

Abu Laits mengutip perkataan Al-Rabî’ bin Khaitsam yang menyatakan: Tanda seorang hamba itu takut kepada Allah Taala nampak dalam 7 perkara:

Pertama, nampak pada lidahnya. Lidahnya akan tercegah dari berdusta, mengumpat dan berbicara berlebihan. Lisannya akan sibuk berzikir, membaca Al-Quran, mahupun mendiskusikan ilmu.

Kedua, dia takut dalam urusan perutnya sehingga dia tidak memasukkan ke dalam perutnya kecuali makanan yang baik dan halal, serta memakan yang halal sekadar keperluannya saja, tidak berlebihan.

Ketiga, dia takut dalam urusan pandangannya. Tidak memandang sesuatu yang haram dilihat, tidak pula melihat dunia dengan pandangan penuh cita-cita. Pandangannya ke dunia hanya digunakan untuk mengambil ‘ibrah dari apa yang terjadi.

Keempat, dia takut dalam urusan tangannya. Tidak menghulurkannya kepada yang haram, hanya hulurkan tangannya untuk ketaatan kepada Allah Taala.

Kelima, dia takut dalam urusan kakinya sehingga dia tidak melangkah dalam maksiat.

Keenam, dia takut dalam urusan hatinya sehingga dia membuang rasa permusuhan, kebencian dan kedengkian kepada saudara seislam, dan memasukkan kedalam hatinya nasihat dan simpati kepada kaum Muslimin.

Ketujuh, dia takut dalam urusan taat kepada Allah sehingga dia menjadikan ketaatannya ikhlas mengharap Allah semata, khawatir terjatuh kepada riak dan nifaq. (Abu Laits al-Samarkandi, Tanbîh Al-Ghâfilîn, Cet. III. (Beirut: Dâr Ibnu Katsir, 2000), hlm. 390-391).[1]

Sungguh, kita tertipu dengan diri sendiri jika kita mengaku takut hanya kepada Allah tetapi masih ringan untuk berdusta, hati masih berat untuk menerima hukum dan ketentuan Allah SWT, mata masih suka untuk melihat aurat yang terbuka, gemerlap dunia masih lebih memukau kita daripada berjuang untuk merealisasikan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Tidak kira sama ada kita rakyat jelata ataupun penguasa, menentang syariat Allah, menghalang para pejuanganya serta melemparkan tuduhan-tuduhan dusta kepada mereka merupakan bukti bahawa kita berani memerangi Allah walaupun mulut kita berbuih mengatakan "aku hanya takut kepada Allah." Wallahu Alam.

#TakutKepadaAllah
#Ittaqullah
#TaatDenganHukumSyarak

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...